Ternate Tidore Negeri tujuan para penjelajah
Ternate Tidore sejak jaman pertengahan sudah menjadi tujuan utama para penjelajah dari Eropa karena rempah rempahnya, dan sejak saat itu Ternate selalu menjadi tujuan utama para perjelajah, bedanya kalau dulu tujuan utamanya adalah penguasaan, sekarang beralih karena keindahan alam dan adat budaya dari efek penjelajahan masa lalu.
Setelah perjalanan dari Kei kecil di ujung Selatan Maluku kami lansung melanjutkan perjalanan ke ujung Utara maluku yaitu Ternate – Tidore, di Ternate Tidore ini kami ditemani oleh teman yang tinggal di Ternate dan kami putuskan menyewa mobil untuk explore ternate dan tidore dengan harga 600 rb/hari include bbm,
Pendaratan di Ternate sore itu lumayan menegangkan bagi saya, karena di samping cuaca baru hujan, ternyata pesawat meliuk liuk diantara kerucut kerucut gunung berapi, setelah mendarat kami langsung menuju pantai Falajawa untuk melihat icon Ternate, ternyata pantai Falajawa sore itu lumayan rame, banyak orang berenang dan bersantai di tepi laut yang tidak berpantai tersebut, tetapi airnya sangat jernih, menjelang sore kami pergi ke Benteng Kastela, banteng kastela tinggal reruntuhan saja dan belum di pugar, sore itu sunset di pantai Kastela juga tidak berwarna dengan mendung menutup matahari, akhirnya kami kembali ke Kota sekitar pantai Falajawa untuk mencari hotel dan akhirnya dapat hotel di Menara Archie yang lumayan cocok untuk menginap 3 hari kedepannya, dan malam itu kami bersantai di pantai Falajawa sambil menikmati ketupat, ketan bambu dengan ikan bakar yang nikmat, sambil menikmati Ternate Tidore di yang dominasi oleh Landscape gunung api, Benteng jaman portugis, Spayol ataupun Belanda dengan Danau Vulkaniknya
Hari kedua saya mulai dengan hunting sunrise di Pantai Falajawa, hanya butuh waktu kurang dari 5 menit dari hotel menuju pantai, dan pagi itu sunrisenya sungguh menawan, dengan gradasi langit dari ungu, pink, merah dan biru, adanya mendung di ufuk menambah dramatis sunrise dengan kapal kapal yang keluar masuk pelabuhan Ternate,
Setelah sarapan di Hotel kami memulai perjalanan hari kedua dengan mengunjungi danau Ngade, hanya butuh waktu sekitar 30 menit menuju Ngade, dan untuk menikmati Danau Ngade akan lebih fotogenik dari ketinggian dengan backbground gunung Maitara dan Tidore, ada tempat yg disediakan untuk spot foto dengan membayar kontribusi 5000 rupiah, tetapi sayang pagi itu cuaca agak mendung dan gunung maitara dan Tidore tertutup awan, akhirnya kami putuskan mengunjungi spot selanjutnya dan sebelum keluar kami infokan ke penjaganya bahwa kalau sore nanti cuaca baik kami akan kembali lagi,
Spot selanjutnya adalah Benteng Toloko, terletak di Tengah kota benteng tersebut semacam gardu pandang di tepi laut untuk mengamati aktivitas pelayaran keluar masuk ternate, karena saya termasuk yang kurang tertarik akan sejarah, maka saya hanya sebentar di Benteng tersebut, dan kebetulan sedang ada shooting acara jalan jalan TV Nasional, jadi pergi adalah waktu yang tepat,
Perjalanan kami lanjutkan dengan mengunjungi spot terjauh sekitar 1 jam perjalanan dan melewati spot spot lainnya dengan alasan cuaca, karena cuaca saat itu sedang sering hujan di Ternate, maka kami langsung menuju danau Tolire besar, dan alam memang tidak bisa di lawan, sampai di danau ternyata hujan deras, akhirnya kami istirahat sambil memesan pisang goreng dan teh panas dengan harapan cuaca menjadi lebih baik, dan kesabaran memang berbuah manis, setelah menunggu 1 jam lebih cuaca berangsur membaik dan memperlihatkan gunung Gamalama dengan anggunnya sebagai background danau Tolire besar, di Spot Tolire besar ada 2 lokasi foto favorite, spot di dekat parkiran dengan Background gunung Gamalama dan spot ke dua backgound laut dan pulau Hiri, untuk spot kedua butuh waktu trekking sekitar 10 – 15 menit saja, dari Tolire Besar kami pindah ke danau Tolire kecil, hanya berjarak 10 menit perjalanan ke Tolire kecil, danau ini terletak tepat di tepi laut yang di batasi oleh gundukan pasir dengan air laut, pantai di Tolire kecil berwarna hitam khas pantai vulkanik, ombak di pantai juga lumayan besar, sebenarnya ada cerita rakyat Ternate di balik terbentuknya danau Tolire besar dan kecil, akan kami share terpisah mengenai detail Danau Tolire karena kami melihat juga buaya besar di dalam danau Tolire Besar.
Cuaca siang itu setelah hujan ternyata cukup cerah, jadi langsung kami ke Sulamadaha untuk snorkling, Spot snorking Sulamadana berbentuk teluk yang terlindungi oleh pulau Hiri di depannya, jadi tidak ada gelombang dan arus cukup tenang, dari pantai Sulamadaha yang berpasir hitam dan berbatu batu besar vulkanik, kami berjalan sekitar 15 menit menuju spot snorkling Sulamadaha, spotnya memang tidak terlalu besar, tetapi coralnya cukup bagus dan bervariasi dangan ikan ikan yang berwarna warni, airnya juga cukup jernih, jadi snorkling di Sulamadahan sekitar 1,5 jam tidak terasa, hanya karena sudah terasa lapar dan dingin maka kami putuskan naik ke pantai,
Disekitar pantai Sulamadaha sebenarnya banyak warung makanan, tetapi siang itu istri sudah putuskan untuk makan makanan khas maluku yaitu Popeda, dan warung Popeda Gamalama di dalam pasar kota Ternate menjadi pilihan yang tepat,
Ternyata penyajian popeda yang asli di Ternate Tidore ini beda dengan Popeda yg pernah beberapa kali makan sebelumnya di Ambon, kalau di Ambon yang pernah kami makan Popeda di sajikan hanya dengan ikan kuah kuning, maka popeda di Ternate ini di sajikan seperti makanan padang, popeda di temani macam macam makanan dan lauk, ada singkong, pisang rebus, ikan bakar, berbagai macam sayuran, terong mentah dll, pokoknya membuat kenyang dan sebanyak apapun yg di makan bayarnya sama 35 ribu tiap orang;
Selesai makan karena cuaca cukup cerah walaupun tetap ada awan kami kembali ke danau Ngade untuk ambil foto ulang, walaupun tidak benar benar bebas awan tetapi lumayan lebih bagus dari hasil pagi harinya, dapat bonus pelangi yang menghiasi langit Ternate Tidore
Tujuan spot selanjutkan adalah foto stop untuk pengambilan foto seperti yang ada uang 1000 rupiah, gambar yang ada di uang 1000 rupiah lama tersebut diambil di Pantai Fitu Ternate dengan background gunung Maitara dan Tidore, walaupun tidak ada perahunya yang pas dan ada awan menyelimuti tidore, tetapi memang lokasi ini sangat iconik sehingga sampai di jadikan gambar di mata uang Indonesia, karena cuaca sore menjelang sunset tersebut bagus, maka kami putuskan sunset di Pantai Kastela lagi, hanya butuh waktu 15 menit dari pantai Fitu ke pantai Kastela, dan kami sampai di Pantai Kastela dengan sunset yang indah, awan awan berarak dengan warna jingga dengan background langit biru, sunset yang menawan sebagai penutup perjalanan hari kedua yang mengagumkan,
Hari ketiga kami kembali lagi kearah Sulamadaha untuk mencoba spot snokling baru dekat Sulamadaha, tetapi sebelum snorkling kami mampir dulu ke Pantai Batu Angus, pantai batu angur sebenarnya bekas jejak lahar panas dari aktivitas vulkanik gunung Gamalama masa lalu yang sampai ke pantai/laut, berupa batu batu hitam bekas lahar dengan bentuk beraneka ragam, walaupun bekas aktivitas vulkanik banyak tersebar di lereng lereng gunung Gamalama, tetapi sepertinya di Pantai Batu angus ini yang di kelola dengan baik, ada beberapa gazebo untuk istirahan dan menikmati gelombang yang tiada henti menghantam batu batu hitam tersebut,
Dari pantai Batu Angus kami langsung menuju spot snorkling baru yang lokasinya setelah pantai Sulamadaha, ada jalan batu menuju lokasi pantai masih berupa jalan tanah berbatu, Spot Jikomalano, bentuk spot hampir sama dengan Sulamadaha, berbentuk teluk kecil yang terhalang pulau Hiri sehingga ombak atau arus tidak besar, yang membedakan di pantai Jikomalano ada jembatan/atau pelabuhan, mungkin kedepannya untuk sandar perahu perahu nelayan, spot Jikomalano variasi karang dan ikan juga relative banyak, mungkin karena wall ke laut terbuka lebih dalam, maka ikan dan karang juga lebih besar besar, tetapi sayang waktu itu banyak sampah kiriman dari ombak sehingga sedikit menggangu waktu snorkling,
Tengah hari kami kembali ke pelabuhan kota untuk menyeberang dengan ferry ke Tidore, sebenarnya rencana awal hari ke 3 kami akan ke Morotai, berhubung perjalanan ke Morotai butuh waktu semalam dari Ternate dan waktu perjalanan yang sempit, maka akhirnya kami tukar ke Tidore, ada harapan untuk bisa explote Morotai sekalian dengan Halmahera di kesempatan lain,
Ferri ke Tidore untuk mobil + 3 penumpang seharga 109,000 an, dan hanya butuh waktu tidak sampai 1 jam dalam penyebrangan, yang lama adalah waktu menunggu kebetangkatan ferry sesuai jadwal,
Sampai di Tidore kami langsung menuju benteng Tahula, salah satu benteng yang paling tinggi di Tidore, dari Benteng Tahula kita bisa melihat kota Tidore, ternyata kota Tidore tidak terlalu luas dan relative sepi, karena waktu yang terbatas, kami langsung melanjutkan perjalanan dengan mengitari pulau Tidore, jalan di pulau Tidore terletak mengelili pulau sepanjang tepi laut, sehingga kami selama 2 jam memutari pulau Tidore dan jam 5 sore kembali naik ferry ke Ternate,
Hari terakhir di Ternate saya mulai sama dengan 2 hari sebelumnya, dengan hunting sunrise di Pantai Falajawa, saya yakin walaupun matahari tiap pagi terbit dari timur, tetapi selalu memberikan warna dan kehangatan yang berbeda setiap harinya,
Setelah cek out kami melanjutkan perjalanan ke Benteng Kalamata, seperti Benteng yang lain di Ternate, Benteng Kalamata awalnya juga di dirikan Portugis tahun 1540 an sebagai pos perdagangan, kemudian beralih ke spayol tahun 1575 an dan kemudian ke Belanda awal tahun 1609 dan kemudian bergantian lagi antara Spoyol, Inggris dan Belanda lagi, jadi melihat sejarah benteng di Ternate menjadi bukti bahwa Ternate dan Tidore sejak dulu menjadi pusat rempah rempah penting bagi Eropa, dari Benteng Kalamata kami lanjut ke Benteng Oranje atau lebih terkenal dengan sebutan Fort Oranje, yang ada di pusat kota, agak jauh dari laut, dari Namanya sudah kelihatan bahwa benteng ini terakhir di kuasai oleh Belanda, benteng yang di cat warna oranje, di dalam benteng ada beberapa bangunan yang konon dulu di pakai sebagai tempat tinggal Gubenur VOC tahun 1610 an.
Ternate dan Tidore sangat cocok untuk backpacker karena lokasi antar spot dekat dengan akses bagus dan dapat di capai juga dengan sepeda motor,dan setiap jengkal langkah selalu ada spot baik itu benteng, pantai atau bangunan bangunan peninggalan baik portugis, spayol, belanda, inggris atau asli dari kerjaan Ternate Tidore yang tidak kalah indahnya.
Siang itu kami ke Bandara untuk kembali ke Samarinda dengan singgah ke Manado setelah 15 hari melihat keindahan Indonesia Timur yang antara daerah satu dengan daerah lainnya mempunyai keindahan dengan karakteriatik tersendiri, tidak akan bosan menjelajah Indonesia.
Story & Photo by : Abdul Aziz
Comments