Festival Likurai Timor dengan 6.000 Penari Tradisional
Festival likurai timor yang dibawakan 6.000 penari di puncak bukit Fulan Fehan di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur. Likurai adalah tarian khas yang merupakan warisan serta budaya leluhur dari masyarakat di daerah ini. Festival Likurai Timor itu dipentaskan di puncak bukit Fulan Fehan, pada puncak peringatan Hari Sumpah Pemuda. Pagelaran Festival Likurai Timor berkolaborasi penari 1000 berasal dari Kabupaten Belu, Malaka, Negara tetangga Timor Leste dan 100 pasukan berkuda dari TTU. Festival Likurai Timor menurutnya dapat menjadi tali persatuan antara masyarakat Belu dan Timor Leste yang terpisah akibat masing-masing harus memilih mengikuti negara Indonesia atau Timor Leste. Tarian Likurai ini merupakan salah satu tarian tradisional yang cukup terkenal di daerah kami dan juga sering ditampilkan di berbagai acara seperti penyambutan tamu penting, upacara adat, pertunjukan seni dan festival budaya
Fulan Fehan yang merupakan salah satu objek wisata hamparan luas padang sabana yang terletak di balik gunung Lakaan. Lokasi Fulan Fehan di antara perbatasan desa Dirun dan Maudemu, Kecamatan Lamaknen, Kabupaten Belu, Timor Barat.
Memiliki hamparan padang nan berbukit Fulan Fehan terkenal dengan rumputnya yang halus yang dipenuhi ternak seperti kuda, kerbau dan kambing yang berkeliaran kubangan kecil yang berada ditengah Padang itu.
Latar belakang gunung Lakaan dengan dikelilingi bebatuan karang yang ditumbuhi tanaman kaktus liar menjadikan padang Fulan Fehan memiliki keindahan tersendiri. Di sudut hamparan padang itu juga terdapat benteng lapis tujuh dan benteng kulit serta padang Balokama.
Pada trip ini kita akan menjelajah pulau Timor dari mulai Kupang hingga Atambua dan pada akhir trip kita akan melihat Festival Likurai Timor. Selama trip kita akan mengunjungi desa-desa adat yang ada di Pulau timor. Banyak sekali desa-desa adat yang masih asli dengan keberagaman baju adat, bahasa dan motif tenun. Masyarakat lokal di pulau Timor ini sangat ramah jika kita mengunjungi desa-desa mereka.
25 Oktober : Kupang - Soe - Kefamenanu
Setelah selesai kemudian kita makan siang dan dilanjut perjalanan menuju Benteng None (kurang lebih 4-5 jam perjalanan).
Tarian adat khas Benteng None. Benteng None ini adalah Benteng Pertahanan Masyarakat Adat None pada jaman dahulu melawan musuh dan penjajah
Menuju Kefamenanu (2 jam perjalanan) dan menginap di Kefamenanu
26 Oktober : Kefamenanu - Atambua
Kemudian kita lanjutkan perjalanan menuju Kota Kefamenanu. Selanjutnya kita akan melihat proses pembuatan arak tradisional timor yaitu Sofi yang terbuat dari Pohon Lontar.
Menuju Atambua (2 jam perjalanan) dan menginap di Atambua
27 Oktober : Atambua - Fulan Fehan - Atambua
Kemudian motret air terjun Mauhalek
Festival Likurai Timor dengan melibatkan 6000 penari Tradisional di Bukit Fulan Fehan
Menginap di Atambua
28 oktober : Atambua - Fulan Fehan - Atambua
Menginap di Atambua
29 Oktober : Atambua
MINIMUM DEPARTURE | 8 Person | |||||||
DEPARTURE TIME | Bandara Kupang (KOE) 10.00 GMT+8 | |||||||
RETURN TIME | Bandara Atambua (ABU) 12.30 GMT+8 | |||||||
THINGS TO BRING | Topi, sepatu, sandal, kacamata, sunblock, obat-obatan pribadi, kamera dan perlengkapannya, power bank, kaos, Tas (Bodypack/daypack/backpack) | |||||||
INCLUDED |
|
|||||||
NOT INCLUDED |
|
Tour Reviews
There are no reviews yet.
Leave a Review