18-19 mei 2019
Duration

waisak di candi borobudur

Paket Wisata 1000 Lampion Waisak di Candi Borobudur

Merayakan hari raya waisak di Candi Borobudur, Magelang, Indonesia tidak lengkap rasanya tanpa menyaksikan pelepasan ribuan lampion ke angkasa. Tahun ini ada 5.000 lampion yang dilepaskan ke udara pada perayaan waisak di Candi Borobudur tahun 2016. Pelepasan lampion Waisak biasanya digelar pada Sabtu. Peserta dan wisatawan diharapkan mengenakan pakaian sopan, atasan maupun bawahan. Perempuan tidak diperkenankan memakai pakaian ketat atau celana atau rok pendek.

Setiap tahun, Candi Borobudur yang dibangun pada masa Raja Samaratungga dari Wangsa Syailendra (824 M) ini memang menjadi tempat perayaan hari suci agama Buddha, yaitu Waisak. Perayaan Waisak di Candi Borobudur yang berusia lebih tua 300 tahun dari Angkor Wat tersebut selalu menarik ribuan umat Buddha dari berbagai negara dan juga wisatawan yang khusus datang untuk melihat ritual sakral dan mengesankan itu. Bahkan di hari-hari biasa, monumen Buddha terbesar di dunia dengan 504 patung Buddha, 72 stupa terawang, dan 1 stupa induk adalah pesona warisan budaya yang sungguh berharga dan layak disambangi.

Waisak dirayakan sekali setiap tahunnya, yaitu setiap bulan purnama di bulan Mei atau Purnama Sidhi. Waisak memperingati tiga peristiwa paling penting dalam kehidupan Buddha Gautama Siddharta dan dikenal sebagai Tri Suci Waisak. Peristiwa penting pertama adalah kelahiran Pangeran Siddharta di Taman Lumbini tahun 623 SM. Peristiwa penting kedua adalah pencerahan dimana Pangeran Siddharta menjadi Buddha di Bodhgaya pada usia 35 pada tahun 588 SM. Ketiga adalah wafatnya Buddha Gautama di Kusinara pada usia 80 tahun (543 SM).

Upacara sakral waisak di candi borobudur didahului sejumlah ritual beberapa hari sebelumnya, seperti mengambil air suci dari mata air murni di Jumprit, Kabupaten Temanggung. Air suci yang dikemas dalam sekira sepuluh ribu botol dan 70 kendi kemudian akan disimpan di Candi Mendut yang terletak tak jauh dari Candi Borobudur. Umat Buddha percaya bahwa air adalah unsur alam penting untuk prosesi Waisak. Air digunakan untuk mengalirkan kebaikan.

Hari berikutnya adalah ritual menyalakan obor Waisak, yang sumber apinya diambil dari api abadi di Mrapen. Mrapen tepatnya berada di Desa Grobogan, Purwodadi, Jawa Tengah. Seperti halnya air suci, api ini pun terlebih dulu disimpan di Candi Mendut sebelum tiba puncak perayaan Waisak di Candi Borobudur. Bagi umat Buddha, api adalah perlambang cahaya. Sejatinya cahaya dapat menghapuskan kesuraman dan membawa terang atau dapat pula diibaratkan sebagai cahaya pengetahuan di gelapnya kehidupan. Dengan api pula, umat Buddha ingin membersihkan segala jenis kotoran batin dengan cara membakarnya.

Ritual pindapatta juga akan dilakukan sebagai bagian dari ritual Waisak. Berasal dari kata ‘panda’ yang berarti sepotong makanan dan ‘patta’ (patra) yang berarti mangkuk. Pindapatta adalah ritual dimana biarawan Buddha (Bikku dan Bikkhuni) menerima persembahan makanan dari jemaat Buddha. Biarawan Buddha akan berjalan dengan kepala tertunduk sambil memegang mangkuk dan jemaat secara sukarela akan mengisi mangkuk mereka dengan makanan. Filosofi di balik ritual ini adalah tindakan memberi dan menerima sebagai latihan moral baik bagi biarawan dan pengikut Buddha, sesuai dengan ajaran Buddha. Bagi para bhikkhu, pindapatta adalah salah satu cara melatih diri hidup sederhana dan belajar menghargai pemberian.

Pada hari puncak perayaan Waisak di Candi Borobudur, Biksu dan jemaat Buddha akan berkumpul di Candi Mendut sejak pagi hari. Dari Mendut, mereka akan memulai perjalanan dengan berjalan kaki menuju Candi Borobudur melewati Candi Pawon, Sungai Elo dan Sungai Progo. Dalam prosesi ini obor Waisak, air suci, dan simbol-simbol Buddha lainnya akan dibawa ke altar utama di halaman sisi barat Candi Borobudur yang menjadi lokasi perayaan Waisak. Selama prosesi, paritta atau bacaan ayat-ayat suci dari kitab suci Buddha dilantunkan para biarawan. Perjalanan ini akan memakan waktu sekira tiga jam perjalanan.

Di pelataran sisi barat Candi Borobudur, patung Buddha raksasa tampak duduk anggun sekaligus megah di singgasana berbentuk lotus. Berbagai macam persembahan mulai dari lilin, bunga, dan dupa dari para jemaat ditempatkan di altar yang berada tepat di depan patung Buddha yang megah tersebut. Saat malam menjelang, kemegahan Candi Borobudur semakin semarak oleh cahaya lilin yang menjadi salah satu unsur penting upacara. Lilin tidak hanya berperan sebagai persembahan tetapi juga merupakan representasi dhamma. Ia memiliki makna yang sakral yakni sebagai simbol rasa hormat kepada Buddha dan kebijaksanaan.

Setelah menyalakan lilin, Ghata Visaka Puja akan dibacakan oleh para jemaat. Cahaya bulan yang bersinar lembut di langit Candi Borobudur menjadi saksi kekhusukan jemaat yang membacakan doa suci. Ritual dilanjutkan dengan pradaksina atau ritual mengelilingi Candi Borobudur sebanyak tiga kali dimulai dari sisi timur dan bergerak searah jarum jam.

Menandai akhir seri ritual Waisak di Candi Borobudur, ribuan lentera Puja akan dilepaskan ke langit sebagai perlambang pencerahan bagi seluruh alam semesta. Sebelum melepaskan lampion ke angkasa, jemaat akan menghaturkan doa dan harapannya kepada Tuhan. Para bhiksu akan memimpin tiap kelompok untuk mulai menyalakan sumbu di dalam lampion sebelum melepaskan lampion-lampion hingga memenuhi langit di pelataran Candi Borobudur.

Keindahan dan kesan sakral akan menyentuh siapa pun terutama saat ribuan lampion-lampion yang kontras dengan pekat langit malam tersebut mengangkasa, mengantarkan doa dan harapan jemaat kepada Tuhan. Sungguh sebuah pengalaman spiritual yang kesannya tak cukup diwakilkan dengan kata-kata dan bahkan foto sekalipun.

Bagi anda yang berminat untuk mengikuti pelepasan ribuan lampion di acara perayaan waisak di Candi Borobudur bersama kami Pesona Indonesia, anda bisa langsung membuat reservasi pemesanan online melalui menu booking online atau bisa menghubungi kami langsung melalui kontak yang disediakan.

 

1

Hari 1: 18 Mei 2019(L,D)

009.00 Meeting point di Bandara Adisucipto Yogyakarta
10.00 Perjalanan ke Candi Borobudur dan pembagian IDcard
12.00 Makan siang di Restoran dekat Candi Mendut
13.00 Prosesi acara dari Candi Mendut ke Candi Borobudur
15.00 Acara di Candi Borobudur
18.00 Istirahat & Makan malam (dinner box)
19.00 Lanjut Perayaan Waisak sampai dengan selesai
24.00 Pelepasan Lampion
2

Hari 2: 19 Mei 2019

01.00 02.00 Bagi yang bukan umat acara selesai pukul 02.00
03.00 Detik detik Waisak
05.00 Trip selesai, kembali ke Yogyakarta

Jadwal rangkaian kegiatan perayaan Hari Tri Suci Waisak 2560 BE/ 2019 bisa di klik disini

MINIMUM DEPARTURE 15 Person
DEPARTURE TIME Bandara Yogyakarta (JOG) 09.00 GMT+7
RETURN TIME Bandara Yogyakarta (JOG) 04.00 GMT+7
THINGS TO BRING Topi, sepatu, sandal, kacamata, sunblock, obat-obatan pribadi, kamera dan perlengkapannya, power bank, kaos, Tas (Bodypack/daypack/backpack)
INCLUDED
Transportasi Darat
Makan selama tour
Izin masuk lokasi
Guide lokal
NOT INCLUDED
Tiket pesawat ke/dari Yogyakarta
Pengeluaran pribadi
Hotel
Tips guide
1000 Lampion Waisak Borobudur