Festival Gandrung Sewu Banyuwangi
Festival Gandrung Sewu Banyuwangi – Banyuwangi dikenal yang merupakan kota Gandrung & Gandrung identik dgn Banyuwangi.Tari Gandrung adalah kesenian original yg lahir & berkembang di Banyuwangi & mempunyai histori yg panjang. Gandrung yg berasal dari Bahasa Banyuwangi yg berarti gemar, tergila-gila, atau terpesona. Penduduk Banyuwangi sendiri menterjemahkan gandrung sbg bentuk terpesona atau kekaguman penduduk Blambangan yg agraris pada Dewi Sri yang merupakan Dewi Padi yg mengambil kesejahteraan bagi penduduk. Tari Gandrung dipersembahkan yang merupakan bentuk rasa syukur warga sehabis panen. Filosofi penghormatan kepada Dewi Sri inilah yg jadi spirit warga buat mengembangkan & melestarikan Tari Gandrung.
Awalnya Tari gandrung dibawakan oleh penari pria dgn dandanan wanita. Tapi bersama berkembangnya Islam di bumi Blambangan, Gandrung Lanang mulai sejak pudar. Konon faktor ini berkenaan bersama falsafah Islam yg menabukan lelaki berdandan ala wanita. & zaman Gandrung lanang memang lah berhenti sesudah kematian penari terakhirnya, Marsan.
kemudian muncullah Semi, yg kala itu baru berumur 10 th, ditahbiskan juga sebagai Gandrung wanita mula-mula terhadap th 1895. Sejak itu tari Gandrung lebih dominan dibawakan oleh wanita daripada pria.
Di Banyuwangi dengan cara resmi Gandrung sudah dinobatkan sbg ikon daerah. Bertepatan dgn hri menjadi Kab Banyuwangi 2002, Gandrung dikukuhkan juga sebagai maskot Kab Banyuwangi. Diberbagai ruang dibangun patung penari Gandrung, menukar lambang diawal mulanya, ular berkepala Gatot Kaca.
Di sekolah-sekolah, tari Gandrung jadi juga sebagai gerakan ekstra kurikuler yg diwajibkan. Di warga tari Gandrung pun dikembangkan lewat sanggar-sanggar tari.
Gandrung Sewu jadi atraksi special dikarenakan melibatkan lebih dari seribu penari, panggungnya di bibir pantai, penontonnya berskala nasional & dikemas dengan cara unik bersama tema yg membumi. Aspek ini berikan kebanggaan yg luar biasa bagi si penari Gandrung yg kebanyakan cuma tampil didepan penonton lokal.
Dan Gandrung Sewu memang lah jadi kenyataan faktual bagaimanakah satu buah budaya sanggup menggerakkan partisipasi rakyat. Pagelaran Gandrung Sewu bukan cuma sekedar pertunjukan tari kolosal, namun mengandung makna konsolidasi budaya yg melibatkan tidak sedikit pihak.
Hari 1: 19 Oktober 2018 (L,D) Surabaya-Banyuwangi
Berangkat menuju Banyuwangi menggunakan pesawat pukul 11.45
Tiba di banyuwangi, makan siang
check in hotel
Sunset di Pantai Merah
Makan malam dan kembali ke hotel
Hari 2: 20 Oktober 2018(B,L,D) Banyuwangi
Kembali ke hotel dan sarapan
Festival Gandrung sewu hingga matahari terbenam
Makan malam dan kembali ke hotel
Hari 3: 21 Oktober 2018 (B)
Pesawat pukul 07.30 atau pukul 13.15
MINIMUM DEPARTURE | 7 Person | ||||||
DEPARTURE TIME | Bandara Surabaya (SUB) Pukul 09.30 GMT+7 | ||||||
RETURN TIME | Bandara Surabaya (SUB) Pukul 07.30 GMT+7 | ||||||
THINGS TO BRING | Topi, sepatu, sandal, kacamata, sunblock, obat-obatan pribadi, kamera dan perlengkapannya, power bank, kaos, Tas (Bodypack/daypack/backpack) | ||||||
INCLUDED |
|
||||||
NOT INCLUDED |
|
Tour Reviews
There are no reviews yet.
Leave a Review